Laman

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Saturday 21 April 2012

Jenis Paradigma Ilmu Pengetahuan

Positivisme
Menyatakan bahwa realitas ada dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam. Upaya penelitian adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan. Menurut Emile Durkheim (Agus Salim, 2001: 39) sekalipun fakta sosial berasal dari luar kesadaran individu tetapi dalam penelitian positivisme, informasi kebenaran itu ditanyakan oleh peneliti kepada individu yang dijadikan informan penelitian.
Untuk mencapai kebenaran ini maka seorang pencari kebenaran harus menanyakan langsung kepada objek yang diteliti dan objek dapat memberikan jawaban langsung kepada peneliti yang bersangkutan. Hubungan epistemologi ini, harus menempatkan si peneliti di latar belakang layar untuk mengobservasi hakikat realitas apa adanya untuk menjaga objektivitas temuan. Karena itu secara metodologia, seorang peneliti hendaknya menggunakan metodologi eksperimen empirik/metode lain yang setara untuk menjamin agar temuan yang diperoleh betul-betul objektif dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Postpositivisme
Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism yang memandang sama bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara bentuk oleh peneliti. Oleh karena itu secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup tetapi harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori. Hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif dengan catatan bahwa pengamat/peneliti harus bersifat senetral mungkin sehingga tingkat subjektifitas dapat dikurangi secara minimal.

Critical Theory
Dilihat dari segi ontologis, paham paradigma ini sama dengan postpositivisme yang menilai objek/realitas secara kritis yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Karena itu untuk mengatasi masalah ini secara metodologis paham ini mengajukan metode dialog dengan transformasi untuk menemukan kebenaran realitas yang hakiki. Secara epistemologi, hubungan antara pengamat dengan realitas yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu, aliran ini lebih menekankan pada konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan karena nilai-nilai yang dianut oleh pengamat/subjek ikut campur dalam menentukan kebenaran tentang suatu hal.

Konstruktivisme
Paham ini menyatakan bahwa paham positivisme dan postpositivisme merupakan paham yang keliru dalam mengungkapkan realitas dunia. Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Karena itu suatu realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang bisa dilakukan di kalangan positivis dan pospositivis. Karena dasar filosofis ini maka hubungan epistemologi antara pengamatan dan objek, menurut aliran ini bersifat satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya.

sumber
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: dari Denzin Guba dan Penerapannya. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

No comments: